Bersyukur Lebih Berat dari Bersabar

Ada semburat merah di wajah-wajah muslim dan muslimah yang beriringan meninggalkan mesjid dan tanah lapang. Sejadah belum sempat terlipat… masih bertengger di atas bahu. Shalat ied baru saja dilakukan…. Bergegas saling menghampiri. Suasana bermaaf-maafan dengan kawan, tetangga, dan keluarga. Anak kecil, tua, muda. Andai suasana itu terjadi setiap hari…. Sedang langit pun yang cerah tak terasa panasnya menyengat kulit. Fakir Miskin ataupun kaya. Bahagia dan rasa syukur dalam hati karena diizinkan melewati ini semua. Bila menyebut mengenai syukur, teringat firman Allah SWT 

“Kalau kamu bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku, Aku akan tambah lagi nikmat-nikmat-Ku. Tetapi kalau kamu kufur nikmat, ingatlah sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.” (Surah Ibrahim: 7) 

Mari kita perhatikan hidup manusia dengan teliti, akan didapati manusia sedetik pun tidak terlepas dari ujian. Manusia diuji dengan ujian kesusahan dan ujian nikmat yang silih berganti. Kemudian manusia dituntut supaya bersabar dalam menerima kesusahan serta bersyukur dalam menerima nikmat. Jadi, apa pun pergolakan dan perubahan yang terjadi dalam hidup manusia, hanya ada ujian kesusahan atau ujian nikmat. Hati kita harus menerimanya dengan bersabar bila menerima kesusahan dan bersyukur bila dikaruniai nikmat.Sekilas kita mungkin lihat, bersabar itu lebih susah dan lebih berat untuk dipraktekkan. Karena dalam bersabar, hati manusia harus melalui kesusahan, keresahan, tekanan dan penderitaan. Emosi, fikiran dan ketenangan jiwa terganggu. Kebahagiaan hilang. Sedangkan bersyukur sekilas nampak lebih mudah karena hati manusia berada dalam keadaan tenang dan gembira; tidak ada tekanan atau penderitaan. 1. Bila mendapat nikmat, lalu mereka memuji Allah. Mereka ucapkan ‘Alhamdulillah’. Ini bersyukur cara biasa. Banyak yang dapat bersyukur dengan cara ini. Tapi, kalau sekedar ucapan saja, belum dianggap bersyukur yang sebenarnya. Kalau sebatas ucapan saja, tapi tuntutan tuntutan lain dalam bersyukur itu tidak dilaksanakan, maka ditakutkan ucapan ‘Alhamdulillah’ itu hanyalah untuk mempermainkan Allah saja. Mudah-mudahan kita tidak termasuk ke dalam peringkat ini. 2. Bila menerima nikmat atau diselamatkan dari bala bencana, lalu mereka memuji Allah dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’. Dan di hati mereka benar-benar merasakan Allahlah yang telah memberi mereka nikmat itu, atau Allahlah yang telah menjauhkan mereka dari bala bencana tersebut. Mereka diberi pahala karena merasakan syukur itu di dalam hati mereka. 3. Syukur yang sebenarnya ialah syukur yang diucapkan oleh lidah, yang dirasakan di dalam hati, dan yang dilaksanakan dalam perbuatan. Di samping mengucapkan ‘Alhamdulillah’ dan di samping merasakan di hati bahwa Allahlah yang mengurniakan nikmat tersebut, nikmat itu mesti digunakan di jalan Allah. Inilah hakikat kesyukuran yang sebenarnya. Mudah-mudahan Allah mengaruniakan kepada kita satu rasa syukur yang seperti ini. Amin. Kalau kita kaya contohnya, kekayaan itu harus digunakan di jalan Allah untuk membantu fakir miskin, untuk jihad fisabilillah dan untuk kemaslahatan umat Islam keseluruhannya. Begitulah juga dengan segala bentuk nikmat Allah yang lain. Semuanya harus dimanfaatkan ke jalan Allah untuk mendapat keredhaan-Nya. Firman Allah :“Kalau kamu bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku, Aku akan tambah lagi nikmat-nikmat-Ku. Tetapi kalau kamu kufur nikmat, ingatlah sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.” (Surah Ibrahim: 7)Syukur seperti inilah yang Allah suka dan yang Allah mau. Dia akan tambah lagi nikmat-Nya, untuk meng‘cover’ apa yang dikorbankan ke jalan Allah itu.Jadi dalam bersyukur itu ada tugas, ada kerja dan ada tanggungjawabnya yaitu harus menggunakan dan mengorbankan segala nikmat yang Allah kurniakan itu di jalan Allah. Nikmat Allah itu harus diatur, diurus dan digunakan pada jalan yang benar. Amat mudah bagi manusia lupa diri dan menggunakan nikmat Allah itu di jalan yang sia-sia atau lebih parah lagi ke jalan maksiat. Kalau ini berlaku maka nikmat itu akan bertukar menjadi bala dan mendapat laknat Allah. (naudzubillah min dzalik, semoga kita tidak termasuk orang-orang tsb.) Dalam bersabar, tidak ada kerja atau tanggungjawab tambahan selain dari menahan perasaan. Tidak ada bahaya menyalahgunakan nikmat kurnia Tuhan. Yang harus dilakukan hanyalah menjaga dan mendidik hati supaya dapat menerima ketentuan Allah itu dan berbaik sangka dengan-Nya.Barulah dapat difahami kenapa Allah berfirman bahwa “Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Surah As-Saba’: 13) karena bersyukur itu sendiri bukanlah suatu hal yang mudah. Sekarang bagaimana kita mensyukuri Ramadhan dan Idul Fitri yang telah kita lewati? Adakah ujian-ujian yang telah kita lewati di bulan Ramadhan menjadikan kita muslim muslimah yang tangguh di bulan yang lainnya? Adakah ujian-ujian itu kita jadikan sebagai bekal kita menghadapi ujian di bulan yang lain? Adakah pengampunan, rahmat dan magfirah Allah kepada kita dapat kita pertanggungjawabkan? “Kalau Aku uji kamu dengan kesusahan, kamu tidak mau bersabar, dan kalau Aku uji kamu dengan nikmat, kamu tidak mau bersyukur, maka enyahlah kamu dari bumi dan langit Allah ini dan pergilah cari Tuhan yang lain.”

Komentar

  1. jd gak apa kan kita marah2 gk sabar? maksudnya gk sabar ngliat orang yg gk syukur

    BalasHapus
  2. Secara lahiriah kita pasti membenci kesulitan dan merindukan kemudahan. Karena itulah fitrah kita. Apalagi kesulitan itu seringkali mewariskan kegetiran, penderitaan serta rintihan yang menjemukan dan menyiksa. Namun, jika saja kita mau menggunakan akal dan kesadara kita, sesungguhnya di bali kesulitan yang kerap kita pandangdari siis ngatifnya saja, tersimpan kasih sayang Allah kepada kita.
    Jika kita mau jujur, sebenarnya kesulitan itu membawa hikmah dan manfaat yang besar. Kesulitan akan menghasilkan pengetahuan kerena ia hakikatnya adalah pengalaman yang mwngajarkan kita banyak hal. Kesulitan juga akan menghasilkan kita semakin kuat dan lebih kreatif menghadapi kehidupan ini. Dan yang lebih penting, kesulitan adalah sarana bagi Allah untuk memberi balasan pahala atau menggugurkan dossa keburukan kita hamba-hambaNya.
    Bagi orang-orang yang bisa menghadapi setiap kesulitan secara dewasa, arif, dan bijaksana ia akan terilhami untuk menemukan hal yang baik dari kesulitan-kesulitannya. Namun itu bukanlah hal yang mudah. Kita butuh bekal sikap dan kiat yang ampuh dari diri kita sendiri, agar setiap kesulitan yang dapat kepada kita pergi dengan meninggalkan buah kenikmatan. Jangan sampai kta mendapat dua kerugian ; rugi karena tertimpa kesulitan dan rugi karena tidak mendapatkan apa-apa dari kesulitan tersebut.
    Maka berikut ini semoga sikap dan kiat agar tiap kesulitan itu dapat menjadikan kebahagiaan bagi kita :

    Pertama, Ambillah selalau sisi baik dari setiap kesulitan hidup. Kesulitan tidak selalu negatif dan ia bukan sesuatu yang selamanya harus kita benci. Ada sisi - sisi positif dimana kita dapat mengambil keuntungan dari kesulitan tersebut. Orang yang mampu memnfaatkan sisi positif itu ia akan mampu mengubah kesulitan menjadi prestasi. Sedang orang yang tidak terampil dalam mengelola dan tidak terampil melihat sisi positif dari kesulitan itu, akan mepersulit dirinya dengan kesulitan yang telah ada.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Udah makan belum, nek?"

Kesehatan dan Olah Raga Anak

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1431H