Untuk apa Undang2 dan Peraturan dibuat?

Hati merupakan makhluk Tuhan yg sangat tersembunyi. Rahasia dan tidak dapat dilihat. Hati diliputi oleh kubu kebal jasad manusia. Hati adalah raja dalam diri manusia. Duduk di singgasana hati daging. Dan istananya manusia itu sendiri.

Tapi sayang, manusia jarang yang memperdulikan rajanya sendiri. Padahal raja ini menguasai manusia. Yang memerintah seluruh anggota tubuh yg lahir untuk melakukan kejahatan atau kebaikan. Menentukan selamat di dunia dan akhirat apa tidak.

Bagaimana corak hati begitulah corak hidup manusia. Kedamaian dan ketentraman yang terjadi merupakan gambaran hati-hati manusia. Begitu juga huru hara dan maksiat. Hatilah yang menjadi penentunya.

Tapi sayang banyak yang tidak memperdulikannya. Yang terfikir adalah bagaimana memperbaiki keadaan dan keluar dari masalah yang sudah terlanjur terjadi dan berharap tidak terjadi lagi atau paling tidak dapat dikurangi yaitu dengan dibuatnya peraturan-peraturan atau undang-undang. Tapi sayang sekali lagi sayang... peraturan tinggal peraturan. Undang-undang tinggal peraturan. Kadang yang melanggar justru yang membuat undang-undang atau badan yang masuk dalam undang-undang.

Dilarang mencuri, tapi hak orang lain dimakan. Amanah tidak dapat dipegang. AKhirnya cuma ganti istilah. Kalau golongan bawah mengambil hak orang lain dikatakan pencuri. perampok. Tapi kalau ada jabatan disebut koruptor. Yang punya kekayaan lebih pula sibuk menyuap. Kedua belah pihak sama jahatnya.

Karena tidak memperdulikan asal masalahnya, yaitu membaiki hati manusia, maka manusia tidak dapat dipimpin lagi. Akhirnya kejahatan yang dibuat manusia menyusahkan manusia itu sendiri. Timbul penyakit Aids, akhirnya muncul kampanye gerakan pemakaian kondom. Kemudian menyuarakan perdamaian dimana-mana, tapi pabrik senjata menghasilkan income terbesar di negaranya.

Bila banyak perceraian, dibuatlah undang-undang anti KDRT. AKhirnya meski tidak bercerai tapi hidup sendiri-sendiri. Anak-anak dianiaya oleh orang tua mereka, akhirnya keluar undang-undang perlindungan anak. Dan bila orang tuanya dipenjarakan, anak-anak itu terbiar tak terurus. Akhirnya jadi sampah masyarakat.

Begitulah bila hati telah rusak. Buta. Bahkan mati. Otaknya yang pandai tidak dapat memimpin manusia. Karena hati yang rusak, maka rusaklah semua tindakannya. Hancurlah masyarakat.

Firman Allah SWT
"Sesungguhnya Kami masukkan manusia ke dalam neraka kebanyakan dari jin dan manusia yang mereka mempunyai hati tapi tidak mau memahaminya dan mempunyai mata tapi tidak melihat dan mempunyai telinga tapi tidak mau mendengar. Mereka umpama binatang ternak. Bahkan lebih sesat lagi"
(Al-A'raf:179)

*sumber: catatan kuliah Abuya



Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Udah makan belum, nek?"

Kesehatan dan Olah Raga Anak

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1431H